Posted by : Unknown Kamis, 25 Juni 2015

Ketakutan Masyarakat Distopian Terhadap Media Baru
sri rahayu fatwawati
130531100030
Abstrak
Adanya internet dan teknologi komunikasi baru, melahirkan 3 pola pandangan yang berbeda; utopian, dystopian, dan teknorealism. Ketiga pola pandang ini, berkaitan dengan bagaimana perkembangan teknologi komunikasi atau disebut dengan media baru mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakat. Penulis hanya akan memfokuskan membahas  mengenai paham dystopian. Saat ini kita hidup diera revolusioner yang mengesankan. Dimana adanya transformasi masa menandai perubahan sosial. Keterbukaan informasi pada teknologi komunikasi atau media baru menumbuhkan kekhawatiran banyak orang. sehingga sebagian orang memilih pola pandang dystopian terhadap perkembangan media baru. Orang dengan paham dystopian beranggapan bahwa media baru cenderung memiliki lebih banyak pengaruh negatif dibandingkan manfaat dari media baru itu sendiri. Apalagi jika orang dengan paham ini melihat keadaan media baru yang saat ini cenderung disalah gunakan oleh sebagian pengguna sehingga fungsi media baru banyak sekali terjadi perubahan. terkait ini, maka orang dengan paham dystopian akan lebih cenderung memegang teguh keyakinan yang dianutnya. Anggapan bahwa media baru merusak semua aspek-aspek kehidupan masyarakat dan tidak ada yang tertinggal dari; seni, ilmu, agama, moral, pendidikan, politik, ekonomi, kehidupan keluarga bahkan juga aspek terdalam dari kita mengalami  perubahan sosial yang  tampak jelas terlihat akan semakin kuat.
Kata kunci: utopian, dystopian, teknorealism, media baru.



Pendahuluan
Media baru merupakan teknologi komunikasi yang mengalami perkembang fungsinya. Adanya suatu teknologi komunikasi yang bebas dan luas, menumbuhkan pandangan masyrakat yang berbeda-beda.[1] Yaitu; Utopian merupakan pandangan dimana masyarakat menerima dengan senang hati terhadap perkembangan media baru bahwa media baru dapat menunjang masa depan seseorang. Sedangkan dystopian merupakan pandangan orang yang menganggap media baru harus dipandang dengan hati-hati  dan waspada karena orang dengan paham ini beranggapan bahwa media baru dapat merubah kehidupan sosial. Segala aspek kehidupan dipengaruhinya. Hingga, untuk menengahi kedua pola pandang tersebut, muncul pola teknorealism yaitu memilih untuk berpikir realitis. Lebih mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari suatu media sehingga dapat menjadi bijak dalam penggunaannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa media baru dapat merubah kehidupan masyarakat namun, perubahan tersebut bukanlah secara total sehingga kita bisa memilah-milah manfaat positif dan negatif dari suatu media baru.
Kelompok dengan paham dystopian seolah-olah paranoid dengan adanya teknologi. Kemajuan teknologi yang tidak terkontrol dianggap bisa mengancam eksistensi manusia. Mereka melihat bahwa teknologi menyebabkan kekacauan kehidupan. Kemudahan, kecanggihan, keasyikkan yang ditawarkan media baru dapat memunculkan berbagai dampak negatif. karena itu, mereka sangat hati-hati dengan penerapan teknologi maupun perkembangannya.
 Terjadinya perubahan sosial memang salah satunya merupakan akibat dari adanya media baru. keadaan dimana terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu dinamakan sebuah perubahan. Jadi, perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan.[2] Namun, dari hal tersebut yang terpenting adalah proses sosial yang melukiskan rentetan perubahan yang saling berkaitan. Sehingga yang menjadi pokok perubahan sosial adalah proses interaksi manusia itu sendiri.
Adapun dari uraian diatas  penulis menulis artikel ini dengan tujuan:
·         Untuk mengetahui asumsi orang dengan paham dystopian terhadap media baru saat ini.
·         Untuk mengetahui  bagaimana saat ini orang dengan paham distopian menyikapi adanya penyalahgunaan media baru.
·         Adapun dari tujuan diatas dapat diambil manfaat:
·         Bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai pandangan orang lain terhadap media baru.
·         Bagi pembaca untuk lebih menghargai pandangan orang lain terhadap media baru. Sebab, pandangan kita belum tentu sama dengan orang lain.

Pembahasan
Teknologi komunikasi merupakan alat untuk mempermudah manusia berkomunikasi. Sehingga jarak ruang dan waktu tidak menjadi permasalahan. Seiring berjalannya zaman, teknologi akan semakin berkembang. Tidak terkecuali teknologi komunikasi yang biasa disebut media baru. Pada dasarnya tujuan perkembangan teknologi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia.[3]
Melihat media baru saat ini, dapat kita analisis konten yang disediakan dan disuguhkan oleh media baru merupakan produk bebas. Semakin bebas dan luasnya akses dalam suatu media maka memudahkan orang untuk mencari informasi. Kemudahan tersebutlah yang mengkhawatirkan banyak orang. Termasuk anggota MUI yang kemungkinan menganut paham ini sehingga mengharamkan penggunaan facebook pada waktu itu.
Orang dengan paham dystopian cenderung memandang sinis terhadap perkembangan media komunikasi media baru). Para penganut paham ini, kebanyakan merupakan dari golongan yang memegang erat dan fanatik dengan syariat agama maupun budayanya. Mereka cenderung melihat dan membandingkan sesuatu berdasarkan ajaran agama dan budaya yang diyakininya.
Secara teori Media baru memiliki manfaat antara lain: sebagai jejaring sosial, distribusi lingkungan pasar, dan pendidikan. Namun melihat penggunaan media baru saat ini, fungsi-fungsi diatas hanya didominasi oleh hal-hal yang bersifat hedonisme sehingga condong pada hal negatif. Berikut beberapa pendapat yang mendorong dapat memicu tumbuhnya paham dystopian.
1.      Kemudahan, dan keasyikan menjadikan orang kecanduan sehingga rela meninggalkan kegiatan apapun untuk bisa memenuhi kebutuhan akan candu tersebut.
2.      Menumbuhkan budaya baru yang dapat menghilangkan budaya asli yang dianut, hingga dianggap melanggar norma dan nilai.
3.      Jejaring sosial sebagai ajang pamer dan pemborosan
4.      Banyaknya kekerasan yang bersifat simbolik; teks maupun gambar. Situs-situs yang bernuansa gelap, sadis, dan berhubungan dengan penyimpangan seksual  bertebaran di internet. Bahkan terkadang tanpa mencari pun situs tersebut muncul dengan sendirinya.
5.      Dominasi ras maupun etnik tertentu memicu perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan konflik.
6.      Para penemu media baru sebagian adalah orang yahudi, sehingga penemuannya tersebut dianggap bentuk jajahan kepada golongan yang dianutnya.
7.      Kegunaan dari media baru dianggap tidak perlu dalam kepentingan sehari-hari. Sebab beranggapan bahwa media baru bukan sesuatu yang harus dikejar dan lebih baik menghindar dari hal yang dapat melunturkan nilai atau menghilangkan budaya yang dianut sebelumnya.
8.      Memilih konsisten dengan pilihan akan gaya hidup.

Pendapat tersebutlah yang menimbulkan ketakutan akan penggunaan teknologi. sebuah  Keluarga di suatu daerah yang menganut paham tertentu akan menjaga keturunan mereka untuk menganut paham tersebut. hal tersebut akan menjadi penekanan terhadap anak jika pendidikan yang didapat anak berbeda dengan aturan yang terbentuk di keluarga dan daerah tersebut.
Orang dengan paham dystopian bisa saja berubah pikirian menjadi tekno-realism sebab pengaruh tertentu. Sehingga dia lebih kritis dan rasional dalam menyikapi teknologi. Mempertimbangkan dengan lebih ketat dan teliti akan keuntungan dan kerugian dari suatu teknologi. contohnya, kampung naga yang memilih tidak menggunakan listrik lantaran takut akan kebakaran yang dapat membakar isi seluruh kampung.[4] Perbedaan pendapat akan paham yang diyakini bukanlah semata-mata untuk memisahkan antar penganutnya. Namun, lebih pada pengertian untuk menghargai paham yang lain.

Kesimpulan
Media baru cenderung yang berhubungan dengan internet. Konsep media baru adalah: network, information, interface, archieves, interaktif game, simulation. Forum internet memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam jaringan sosial luas yang juga menyediakan kemungkinan untuk meningkatkan konektivitas antar manusia. Namun saat ini fungsi tersebut didominasi oleh hal-hal yang bersifat hedonisme. Oleh sebab itu menimbulkan beberapa perbedaan pendapat. sebuah perbedaan pendapat disuatu permasalah memunculkan kemungkinan akan sebuah konflik. Namun, dalam suatu masyarakat suatu konflik dapat dihindari dengan sikap toleransi dan juga saling menghormati pemikiran atau hak orang lain.
Paham dystopian atau paham yang lain bukanlah sebuah paham yang  betul atau salah. Sebab isi kepala seseorang belum tentu sama dengan isi kepala orang lain. Perbedaan pendapat tersebut berdasarkan dengan alasan yang kuat lantaran pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki antar orang tersebut berbeda. Sehingga apa yang diyakininya merupakan hasil dari pengalamannya.


Daftar pustaka
Antony G. Wilhem. Demokrasi diera Digital:Tantangan Kehidupan Politik di Ruang Cyber. Pustaka Pelajar. 2003. Yogyakarta.
Piotr sztompka. Sosiologi Perubahan sosial. Prenada. 2011. Jakarta.
John hantley. Communication Cultur Media Studies. Jalasutra. 2010. Yogyakarta.




[1] Antony G. Wilhem. Demokrasi diera Digital:Tantangan Kehidupan Politik di Ruang Cyber. Pustaka Pelajar. 2003. Yogyakarta.
[2] Piotr sztompka. Sosiologi Perubahan sosial. Prenada. 2011. Jakarta.

[3] John hantley. Communication Cultur Media Studies. Jalasutra. 2010. Yogyakarta.

[4] Piotr sztompka. Sosiologi Perubahan sosial. Prenada. 2011. Jakarta.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

- Copyright © 2013 Ku Temukan Kau - Powered by Blogger - Original Template By Johanes Djogan - Design By Muh Syaifullah Mhfdz - Some Right Is Reserved -