New Post ~

Ketakutan Masyarakat Distopian Terhadap Media Baru


    • Ketakutan Masyarakat Distopian Terhadap Media Baru

      sri rahayu fatwawati
      130531100030




      Abstrak

      Adanya internet dan teknologi komunikasi baru, melahirkan 3 pola pandangan yang berbeda; utopian, dystopian, dan teknorealism. Ketiga pola pandang ini, berkaitan dengan bagaimana perkembangan teknologi komunikasi atau disebut dengan media baru mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakat. Penulis hanya akan memfokuskan membahas  mengenai paham dystopian. Saat ini kita hidup diera revolusioner yang mengesankan. Dimana adanya transformasi masa menandai perubahan sosial. Keterbukaan informasi pada teknologi komunikasi atau media baru menumbuhkan kekhawatiran banyak orang. sehingga sebagian orang memilih pola pandang dystopian terhadap perkembangan media baru. Orang dengan paham dystopian beranggapan bahwa media baru cenderung memiliki lebih banyak pengaruh negatif dibandingkan manfaat dari media baru itu sendiri. Apalagi jika orang dengan paham ini melihat keadaan media baru yang saat ini cenderung disalah gunakan oleh sebagian pengguna sehingga fungsi media baru banyak sekali terjadi perubahan. terkait ini, maka orang dengan paham dystopian akan lebih cenderung memegang teguh keyakinan yang dianutnya. Anggapan bahwa media baru merusak semua aspek-aspek kehidupan masyarakat dan tidak ada yang tertinggal dari; seni, ilmu, agama, moral, pendidikan, politik, ekonomi, kehidupan keluarga bahkan juga aspek terdalam dari kita mengalami  perubahan sosial yang  tampak jelas terlihat akan semakin kuat.

      Kata kunci: utopian, dystopian, teknorealism, media baru.



      Pendahuluan


      Media baru merupakan teknologi komunikasi yang mengalami perkembang fungsinya. Adanya suatu teknologi komunikasi yang bebas dan luas, menumbuhkan pandangan masyrakat yang berbeda-beda.[1] Yaitu; Utopian merupakan pandangan dimana masyarakat menerima dengan senang hati terhadap perkembangan media baru bahwa media baru dapat menunjang masa depan seseorang. Sedangkan dystopian merupakan pandangan orang yang menganggap media baru harus dipandang dengan hati-hati  dan waspada karena orang dengan paham ini beranggapan bahwa media baru dapat merubah kehidupan sosial. Segala aspek kehidupan dipengaruhinya. Hingga, untuk menengahi kedua pola pandang tersebut, muncul pola teknorealism yaitu memilih untuk berpikir realitis. Lebih mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari suatu media sehingga dapat menjadi bijak dalam penggunaannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa media baru dapat merubah kehidupan masyarakat namun, perubahan tersebut bukanlah secara total sehingga kita bisa memilah-milah manfaat positif dan negatif dari suatu media baru.

      Kelompok dengan paham dystopian seolah-olah paranoid dengan adanya teknologi. Kemajuan teknologi yang tidak terkontrol dianggap bisa mengancam eksistensi manusia. Mereka melihat bahwa teknologi menyebabkan kekacauan kehidupan. Kemudahan, kecanggihan, keasyikkan yang ditawarkan media baru dapat memunculkan berbagai dampak negatif. karena itu, mereka sangat hati-hati dengan penerapan teknologi maupun perkembangannya.

       Terjadinya perubahan sosial memang salah satunya merupakan akibat dari adanya media baru. keadaan dimana terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu dinamakan sebuah perubahan. Jadi, perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan.[2] Namun, dari hal tersebut yang terpenting adalah proses sosial yang melukiskan rentetan perubahan yang saling berkaitan. Sehingga yang menjadi pokok perubahan sosial adalah proses interaksi manusia itu sendiri.

      Adapun dari uraian diatas  penulis menulis artikel ini dengan tujuan:

      •  Untuk mengetahui asumsi orang dengan paham dystopian terhadap media baru saat ini.
      • Untuk mengetahui  bagaimana saat ini orang dengan paham distopian menyikapi adanya penyalahgunaan media baru.

      ·         Adapun dari tujuan diatas dapat diambil manfaat:
      •          Bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai pandangan orang lain terhadap media baru.
      •          Bagi pembaca untuk lebih menghargai pandangan orang lain terhadap media baru. Sebab, pandangan kita belum tentu sama dengan orang lain.


      Pembahasan
      Teknologi komunikasi merupakan alat untuk mempermudah manusia berkomunikasi. Sehingga jarak ruang dan waktu tidak menjadi permasalahan. Seiring berjalannya zaman, teknologi akan semakin berkembang. Tidak terkecuali teknologi komunikasi yang biasa disebut media baru. Pada dasarnya tujuan perkembangan teknologi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia.[3]

      Melihat media baru saat ini, dapat kita analisis konten yang disediakan dan disuguhkan oleh media baru merupakan produk bebas. Semakin bebas dan luasnya akses dalam suatu media maka memudahkan orang untuk mencari informasi. Kemudahan tersebutlah yang mengkhawatirkan banyak orang. Termasuk anggota MUI yang kemungkinan menganut paham ini sehingga mengharamkan penggunaan facebook pada waktu itu.

      Orang dengan paham dystopian cenderung memandang sinis terhadap perkembangan media komunikasi media baru). Para penganut paham ini, kebanyakan merupakan dari golongan yang memegang erat dan fanatik dengan syariat agama maupun budayanya. Mereka cenderung melihat dan membandingkan sesuatu berdasarkan ajaran agama dan budaya yang diyakininya.

      Secara teori Media baru memiliki manfaat antara lain: sebagai jejaring sosial, distribusi lingkungan pasar, dan pendidikan. Namun melihat penggunaan media baru saat ini, fungsi-fungsi diatas hanya didominasi oleh hal-hal yang bersifat hedonisme sehingga condong pada hal negatif. Berikut beberapa pendapat yang mendorong dapat memicu tumbuhnya paham dystopian.
      1.     Kemudahan, dan keasyikan menjadikan orang kecanduan sehingga rela meninggalkan kegiatan apapun untuk bisa memenuhi kebutuhan akan candu tersebut.
      2.      Menumbuhkan budaya baru yang dapat menghilangkan budaya asli yang dianut, hingga dianggap melanggar norma dan nilai.
      3.      Jejaring sosial sebagai ajang pamer dan pemborosan
      4.      Banyaknya kekerasan yang bersifat simbolik; teks maupun gambar. Situs-situs yang bernuansa gelap, sadis, dan berhubungan dengan penyimpangan seksual  bertebaran di internet. Bahkan terkadang tanpa mencari pun situs tersebut muncul dengan sendirinya.
      5.      Dominasi ras maupun etnik tertentu memicu perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan konflik.
      6.      Para penemu media baru sebagian adalah orang yahudi, sehingga penemuannya tersebut dianggap bentuk jajahan kepada golongan yang dianutnya.
      7.      Kegunaan dari media baru dianggap tidak perlu dalam kepentingan sehari-hari. Sebab beranggapan bahwa media baru bukan sesuatu yang harus dikejar dan lebih baik menghindar dari hal yang dapat melunturkan nilai atau menghilangkan budaya yang dianut sebelumnya.
      8.      Memilih konsisten dengan pilihan akan gaya hidup.

      Pendapat tersebutlah yang menimbulkan ketakutan akan penggunaan teknologi. sebuah  Keluarga di suatu daerah yang menganut paham tertentu akan menjaga keturunan mereka untuk menganut paham tersebut. hal tersebut akan menjadi penekanan terhadap anak jika pendidikan yang didapat anak berbeda dengan aturan yang terbentuk di keluarga dan daerah tersebut.

      Orang dengan paham dystopian bisa saja berubah pikirian menjadi tekno-realism sebab pengaruh tertentu. Sehingga dia lebih kritis dan rasional dalam menyikapi teknologi. Mempertimbangkan dengan lebih ketat dan teliti akan keuntungan dan kerugian dari suatu teknologi. contohnya, kampung naga yang memilih tidak menggunakan listrik lantaran takut akan kebakaran yang dapat membakar isi seluruh kampung.[4] Perbedaan pendapat akan paham yang diyakini bukanlah semata-mata untuk memisahkan antar penganutnya. Namun, lebih pada pengertian untuk menghargai paham yang lain.

      Kesimpulan

      Media baru cenderung yang berhubungan dengan internet. Konsep media baru adalah: network, information, interface, archieves, interaktif game, simulation. Forum internet memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam jaringan sosial luas yang juga menyediakan kemungkinan untuk meningkatkan konektivitas antar manusia. Namun saat ini fungsi tersebut didominasi oleh hal-hal yang bersifat hedonisme. Oleh sebab itu menimbulkan beberapa perbedaan pendapat. sebuah perbedaan pendapat disuatu permasalah memunculkan kemungkinan akan sebuah konflik. Namun, dalam suatu masyarakat suatu konflik dapat dihindari dengan sikap toleransi dan juga saling menghormati pemikiran atau hak orang lain.

      Paham dystopian atau paham yang lain bukanlah sebuah paham yang  betul atau salah. Sebab isi kepala seseorang belum tentu sama dengan isi kepala orang lain. Perbedaan pendapat tersebut berdasarkan dengan alasan yang kuat lantaran pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki antar orang tersebut berbeda. Sehingga apa yang diyakininya merupakan hasil dari pengalamannya.


      Daftar pustaka
      Antony G. Wilhem. Demokrasi diera Digital:Tantangan Kehidupan Politik di Ruang Cyber. Pustaka Pelajar. 2003. Yogyakarta.
      Piotr sztompka. Sosiologi Perubahan sosial. Prenada. 2011. Jakarta.
      John hantley. Communication Cultur Media Studies. Jalasutra. 2010. Yogyakarta.




      [1] Antony G. Wilhem. Demokrasi diera Digital:Tantangan Kehidupan Politik di Ruang Cyber. Pustaka Pelajar. 2003. Yogyakarta.
      [2] Piotr sztompka. Sosiologi Perubahan sosial. Prenada. 2011. Jakarta.

      [3] John hantley. Communication Cultur Media Studies. Jalasutra. 2010. Yogyakarta.

      [4] Piotr sztompka. Sosiologi Perubahan sosial. Prenada. 2011. Jakarta.


    • Posted by Unknown
    • 0 Comments
    • Readmore . . .
    • Add Comment

ketakutan Masyarakat Distopian Terhadap Media Baru

    • Ketakutan Masyarakat Distopian Terhadap Media Baru
      sri rahayu fatwawati
      130531100030
      Abstrak
      Adanya internet dan teknologi komunikasi baru, melahirkan 3 pola pandangan yang berbeda; utopian, dystopian, dan teknorealism. Ketiga pola pandang ini, berkaitan dengan bagaimana perkembangan teknologi komunikasi atau disebut dengan media baru mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakat. Penulis hanya akan memfokuskan membahas  mengenai paham dystopian. Saat ini kita hidup diera revolusioner yang mengesankan. Dimana adanya transformasi masa menandai perubahan sosial. Keterbukaan informasi pada teknologi komunikasi atau media baru menumbuhkan kekhawatiran banyak orang. sehingga sebagian orang memilih pola pandang dystopian terhadap perkembangan media baru. Orang dengan paham dystopian beranggapan bahwa media baru cenderung memiliki lebih banyak pengaruh negatif dibandingkan manfaat dari media baru itu sendiri. Apalagi jika orang dengan paham ini melihat keadaan media baru yang saat ini cenderung disalah gunakan oleh sebagian pengguna sehingga fungsi media baru banyak sekali terjadi perubahan. terkait ini, maka orang dengan paham dystopian akan lebih cenderung memegang teguh keyakinan yang dianutnya. Anggapan bahwa media baru merusak semua aspek-aspek kehidupan masyarakat dan tidak ada yang tertinggal dari; seni, ilmu, agama, moral, pendidikan, politik, ekonomi, kehidupan keluarga bahkan juga aspek terdalam dari kita mengalami  perubahan sosial yang  tampak jelas terlihat akan semakin kuat.
      Kata kunci: utopian, dystopian, teknorealism, media baru.



      Pendahuluan
      Media baru merupakan teknologi komunikasi yang mengalami perkembang fungsinya. Adanya suatu teknologi komunikasi yang bebas dan luas, menumbuhkan pandangan masyrakat yang berbeda-beda.[1] Yaitu; Utopian merupakan pandangan dimana masyarakat menerima dengan senang hati terhadap perkembangan media baru bahwa media baru dapat menunjang masa depan seseorang. Sedangkan dystopian merupakan pandangan orang yang menganggap media baru harus dipandang dengan hati-hati  dan waspada karena orang dengan paham ini beranggapan bahwa media baru dapat merubah kehidupan sosial. Segala aspek kehidupan dipengaruhinya. Hingga, untuk menengahi kedua pola pandang tersebut, muncul pola teknorealism yaitu memilih untuk berpikir realitis. Lebih mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari suatu media sehingga dapat menjadi bijak dalam penggunaannya. Tidak bisa dipungkiri bahwa media baru dapat merubah kehidupan masyarakat namun, perubahan tersebut bukanlah secara total sehingga kita bisa memilah-milah manfaat positif dan negatif dari suatu media baru.
      Kelompok dengan paham dystopian seolah-olah paranoid dengan adanya teknologi. Kemajuan teknologi yang tidak terkontrol dianggap bisa mengancam eksistensi manusia. Mereka melihat bahwa teknologi menyebabkan kekacauan kehidupan. Kemudahan, kecanggihan, keasyikkan yang ditawarkan media baru dapat memunculkan berbagai dampak negatif. karena itu, mereka sangat hati-hati dengan penerapan teknologi maupun perkembangannya.
       Terjadinya perubahan sosial memang salah satunya merupakan akibat dari adanya media baru. keadaan dimana terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu dinamakan sebuah perubahan. Jadi, perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan.[2] Namun, dari hal tersebut yang terpenting adalah proses sosial yang melukiskan rentetan perubahan yang saling berkaitan. Sehingga yang menjadi pokok perubahan sosial adalah proses interaksi manusia itu sendiri.
      Adapun dari uraian diatas  penulis menulis artikel ini dengan tujuan:
      ·         Untuk mengetahui asumsi orang dengan paham dystopian terhadap media baru saat ini.
      ·         Untuk mengetahui  bagaimana saat ini orang dengan paham distopian menyikapi adanya penyalahgunaan media baru.
      ·         Adapun dari tujuan diatas dapat diambil manfaat:
      ·         Bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai pandangan orang lain terhadap media baru.
      ·         Bagi pembaca untuk lebih menghargai pandangan orang lain terhadap media baru. Sebab, pandangan kita belum tentu sama dengan orang lain.

      Pembahasan
      Teknologi komunikasi merupakan alat untuk mempermudah manusia berkomunikasi. Sehingga jarak ruang dan waktu tidak menjadi permasalahan. Seiring berjalannya zaman, teknologi akan semakin berkembang. Tidak terkecuali teknologi komunikasi yang biasa disebut media baru. Pada dasarnya tujuan perkembangan teknologi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia.[3]
      Melihat media baru saat ini, dapat kita analisis konten yang disediakan dan disuguhkan oleh media baru merupakan produk bebas. Semakin bebas dan luasnya akses dalam suatu media maka memudahkan orang untuk mencari informasi. Kemudahan tersebutlah yang mengkhawatirkan banyak orang. Termasuk anggota MUI yang kemungkinan menganut paham ini sehingga mengharamkan penggunaan facebook pada waktu itu.
      Orang dengan paham dystopian cenderung memandang sinis terhadap perkembangan media komunikasi media baru). Para penganut paham ini, kebanyakan merupakan dari golongan yang memegang erat dan fanatik dengan syariat agama maupun budayanya. Mereka cenderung melihat dan membandingkan sesuatu berdasarkan ajaran agama dan budaya yang diyakininya.
      Secara teori Media baru memiliki manfaat antara lain: sebagai jejaring sosial, distribusi lingkungan pasar, dan pendidikan. Namun melihat penggunaan media baru saat ini, fungsi-fungsi diatas hanya didominasi oleh hal-hal yang bersifat hedonisme sehingga condong pada hal negatif. Berikut beberapa pendapat yang mendorong dapat memicu tumbuhnya paham dystopian.
      1.      Kemudahan, dan keasyikan menjadikan orang kecanduan sehingga rela meninggalkan kegiatan apapun untuk bisa memenuhi kebutuhan akan candu tersebut.
      2.      Menumbuhkan budaya baru yang dapat menghilangkan budaya asli yang dianut, hingga dianggap melanggar norma dan nilai.
      3.      Jejaring sosial sebagai ajang pamer dan pemborosan
      4.      Banyaknya kekerasan yang bersifat simbolik; teks maupun gambar. Situs-situs yang bernuansa gelap, sadis, dan berhubungan dengan penyimpangan seksual  bertebaran di internet. Bahkan terkadang tanpa mencari pun situs tersebut muncul dengan sendirinya.
      5.      Dominasi ras maupun etnik tertentu memicu perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan konflik.
      6.      Para penemu media baru sebagian adalah orang yahudi, sehingga penemuannya tersebut dianggap bentuk jajahan kepada golongan yang dianutnya.
      7.      Kegunaan dari media baru dianggap tidak perlu dalam kepentingan sehari-hari. Sebab beranggapan bahwa media baru bukan sesuatu yang harus dikejar dan lebih baik menghindar dari hal yang dapat melunturkan nilai atau menghilangkan budaya yang dianut sebelumnya.
      8.      Memilih konsisten dengan pilihan akan gaya hidup.

      Pendapat tersebutlah yang menimbulkan ketakutan akan penggunaan teknologi. sebuah  Keluarga di suatu daerah yang menganut paham tertentu akan menjaga keturunan mereka untuk menganut paham tersebut. hal tersebut akan menjadi penekanan terhadap anak jika pendidikan yang didapat anak berbeda dengan aturan yang terbentuk di keluarga dan daerah tersebut.
      Orang dengan paham dystopian bisa saja berubah pikirian menjadi tekno-realism sebab pengaruh tertentu. Sehingga dia lebih kritis dan rasional dalam menyikapi teknologi. Mempertimbangkan dengan lebih ketat dan teliti akan keuntungan dan kerugian dari suatu teknologi. contohnya, kampung naga yang memilih tidak menggunakan listrik lantaran takut akan kebakaran yang dapat membakar isi seluruh kampung.[4] Perbedaan pendapat akan paham yang diyakini bukanlah semata-mata untuk memisahkan antar penganutnya. Namun, lebih pada pengertian untuk menghargai paham yang lain.

      Kesimpulan
      Media baru cenderung yang berhubungan dengan internet. Konsep media baru adalah: network, information, interface, archieves, interaktif game, simulation. Forum internet memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam jaringan sosial luas yang juga menyediakan kemungkinan untuk meningkatkan konektivitas antar manusia. Namun saat ini fungsi tersebut didominasi oleh hal-hal yang bersifat hedonisme. Oleh sebab itu menimbulkan beberapa perbedaan pendapat. sebuah perbedaan pendapat disuatu permasalah memunculkan kemungkinan akan sebuah konflik. Namun, dalam suatu masyarakat suatu konflik dapat dihindari dengan sikap toleransi dan juga saling menghormati pemikiran atau hak orang lain.
      Paham dystopian atau paham yang lain bukanlah sebuah paham yang  betul atau salah. Sebab isi kepala seseorang belum tentu sama dengan isi kepala orang lain. Perbedaan pendapat tersebut berdasarkan dengan alasan yang kuat lantaran pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki antar orang tersebut berbeda. Sehingga apa yang diyakininya merupakan hasil dari pengalamannya.


      Daftar pustaka
      Antony G. Wilhem. Demokrasi diera Digital:Tantangan Kehidupan Politik di Ruang Cyber. Pustaka Pelajar. 2003. Yogyakarta.
      Piotr sztompka. Sosiologi Perubahan sosial. Prenada. 2011. Jakarta.
      John hantley. Communication Cultur Media Studies. Jalasutra. 2010. Yogyakarta.




      [1] Antony G. Wilhem. Demokrasi diera Digital:Tantangan Kehidupan Politik di Ruang Cyber. Pustaka Pelajar. 2003. Yogyakarta.
      [2] Piotr sztompka. Sosiologi Perubahan sosial. Prenada. 2011. Jakarta.

      [3] John hantley. Communication Cultur Media Studies. Jalasutra. 2010. Yogyakarta.

      [4] Piotr sztompka. Sosiologi Perubahan sosial. Prenada. 2011. Jakarta.

    • Posted by Unknown
    • 0 Comments
    • Readmore . . .
    • Add Comment

Analisis komunikasi politik”giman jalan kaki finis di DPP PAN

    • Tugas Ujian Tengah Semester “komunikasi politik”
      Analisis komunikasi politik”giman jalan kaki finis di DPP PAN”
      Dosen: Imam Sofyan S.sos, M.si




      Disusun oleh:
      Sri Rahayu Fatmawati
       (130531100030)/ kelas B

      PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
      FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
      UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
      BANGKALAN
      2014


      A. komunikasi politik “giman jalan kaki finis di DPP PAN”kompas,senin(13/10).
      Komunikasi politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.
      Giman, pria asal kota malang yang  melakukan aksi jalan kaki untuk memenuhi nazarnya berjalan kaki dari kampung halamannya menuju Jakarta. Hal itu giman lakukan lantaran amin rais telah ingkar janji tidak memenuhi janjinya jalan kaki yogyakarta menuju jakarta.Giman sebelumnya sempat singgah dikediaman amin rais di yogyakarta untuk menjemput dan mengajak beliau berjalan kaki bersama. Namun, amin rais tak ditemuinya di yogyakarta.
      Giman sendiri adalah anggota barisan relawan jokowi presiden (bara JP) malang. Selain menggantikan amin rais dan memenuhi nazarnya berjalan kaki, giman juga hendak menyampaikan harapanya kepada jokowi, agar anak-anak indonesia dapat sekolah semua.
      Dunia politik merupakan dunia yang kompleks, bahasanya selalu menjadi pembicaraan hangat masyarakat. Politik seolah tak kunjung padam dari pemberitaan media. Salah satu faktornya adalah karena semakin banyaknya isu dan kasus yang mendera pejabat serta para praktisi partai politik.
      Seperti apa yang tersaji didalam berita ini, begitu menarik untuk disajikan ke masyarakat. Iya, berita tentang giman, seorang pedagang kue putu dari malang dengan seorang politisi senior (amin rais) dengan nazarnya masing-masing untuk berjalan kaki menuju jakarta.
      Berita ini amat menarik, pasalnya amin rais selaku politisi senior partai amanat nasional (PAN) dan juga mantan ketua MPR, belum atau tidak memenuhi nazarnya untuk berjalan kaki Yogjakarta menuju Jakarta. Karena inilah percontohan wajah seorang politisi di Indonesia, bahwa dari hal kecil saja sudah tak dapat dipercaya, apalagi ketika sudah memimpin Indonesia. Disambungkan dengan pernyataan Gunawan muhammad mantan pemimpin redaksi majalah tempo, yang mengatakan bahwa “seorang penjual kue putu itu mengajarkan akhlak yang baik kepada prof Dr Amin Rais”.
      Giman yang seorang anggota relawan Bara JP ( jokowi presiden), dalam hal politik tentu berseberangan dengan Amin Rais yang notabene politisi senior PAN. yang dipastikan lebih merapat ke kubu prabowo.
      Sosok giman yang begitu memperlihatkan kemuliaan akhlaknya. Giman yang bernazar “jika jokowi menang pilpres” dia akan berjalan kaki menuju jakarta. Amin rais yang bernazar terkait tantanganya “agar penudingnya memperlihatkan kliping koran, rekaman radio atau televisi yang memuat pernyataannya yang menyudutkan Prabowo. Kalau terbukti ada, ia akan jalan kaki bolak-balik Jakarta-Yogyakarta. Giman pun Melaksanakan nazarnya, namun saat sampai di kota Yogyakarta giman singgah terlebih dahulu dikediaman amin rais untuk mengajak bersama-sama berjalankaki.
      Lagi dan lagi. Sampainya dijakarta giman langsung menuju kantor DPP PAN. Mengapa harus kesana? Padahal niat giman bernazar itu ke jakarta. Seakan-akan giman memburu amin rais agar memenuhi nazarnya. Dan semakin membuat amin rais terlihat semakin tak beretika didepan publik. Meskipun hal itu benar, tapi selama ini giman selalu didampingi relawan jokowi yang bersebrangan dalam hal politik dengan amin rais.
      Dalam berita ini perlu dikritisi perihal “giman menggantikan amin rais”. Padahal realitaanya giman pun punya alasan sendiri mengapa dia berjalan kaki menuju jakarta. Inilah plintiran-plintiran permainan politik yang nantinya membentuk opini publik yang kesemuanya, kesalahan dan kejelekan hanya bermuara kepada sosok amin rais.
      Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan. Pertama, amin rais tetap tidak baik ketika dia tidak menunaikan nazarnya. Karena ini akan membuat opini publik yang buruk tentang perwajahan tokoh politik di negeri ini. Masyarakat akan semakin tidak percaya terhadap para politisi, bukan hanya kepada amin rais saja, dimungkinkan akan berimbas kepada hal lain. Kedua, sosok giman yang begitu mulia benar-benar menunaikan nazarnya. Giman juga mengingatkan dengan mengajak amin rais sampai dijemput dikediamanya. Sebuah kontrol sosial dari giman sebagai warga negara yang baik.
      B.Unsur Komunikasi Politik  :
      (Nimmo: 1978, Mansfield dan Weafer: 1982 dalam Dahlan, 1990). Sama halnya disiplin komunikasi yang lain, komunikasi politik juga mempunyai unsur-unsur, yakni sumber   (komunikator), pesan(messege), media atu saluran(chanel), penerima(komunikan) dan efek(feed back).
      a.       Komunikator
      Komunikator politik adalah mereka-mereka yang memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna politik dan sumber politik. Komunikator terdiri dari tiga kategori: politisi, profesional dan aktivis. Giman merupakan komunikator dari kategori aktivis, karena giman merupakan anggota Bara JP.
      Sebagai warga negara indonesia giman telah melakukan hak-hak politiknya sebagai kontrol dari para politikus di Negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi. Kemampuan giman sebagai komunikator politik cukup menggemparkan publik, karena dia menyampaikan pesan politik aktivis yang memiliki jiwa nasionalis tinggi melalui media yang tepat untuk mendapat simpati dari masyarakat yaitu, menepati janjinya terkait pemilihan presiden.
      b.      pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik verbal maupun non verbal, tersembunyi atau terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik. pesan tersebut bisa dilihat dari seorang giman, baik dari baju yang dikenakannya, peralatan yang dibawa,serta bahasa tubuh dan bahasa verbalnya. Giman, memakai baju bara jp yang meunjukan pesan non verbal yaitu, dia adalah anggota aktivis yang berani mengutarakan pesannya sebagai warga negara yang menjunjung tinggi nilai demokrasi, membawa bendera menunjukan makna bahwa dia memiliki sifat nasionalis tinggi yang setia dan menepati janji, didukung dengan pesan verbalnya yang diucapnya ketika sampai di depan DPP PAN” saya ingin melapor pada amien rais, saya sudah sampai jakarta” yang memiliki makna bahwa sebelum dia sampai di jakarta, dia telah datang terlebih dulu di kediaman amien rais dan mengajak amie jalankaki bersama tetapi amien tak ditemuinya sehingga dia melakukan nazarnya sendiri. Pesan giman mendapat banyak simpati dari masyarakat. Pesan besar yang sebenarnya ia tampilkan adalah, Dia  menyampaikan pesan politik mengenai pejabat politikus yang ingkar janji(amien rais), yang merupakan mantan ketua MPR.

      c.       Media adalah alat atau sarana yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan politiknya. Disini sebagai saluran komunikasinya, giman menyampaikan pesan politiknya dengan dia menjalankan nazarnya(jalan kaki malang-jakarta) dan mampir sebentar(5 menit) dikediaman amien untuk menemui amien rais dan mengingatkan nazar amien rais (jalan kaki jogja-jakarta) dan mengajaknya menepati nazar bersama. Tetapi amien tidak ditemuinya dan akhirnya giman berjalan kaki dari malang-jakarta sendiri melakukan nazarnya. Nazar yang sama tetapi beda sebab musababnya.
      d.      Komunikan merupakan sasaran atau target politik yang memiliki potensi untuk memberikan efek dari pesan. karena hal ini merupakan berita yang sudah dipublikkan berarti sasaran komunikasi politik ini adalah publik, Meskipun pada awalnya giman memberikan pesan politik itu untuk amien rais(politikus).

      e.       feed back atau respon, dari berita terkait giman yang jalan kaki menggantikan amien rais tersebut akan ada beberapa persepsi dari publik yang merupakan feed back.      Pertama, bagi publik yang terpengaruh dengan pesan publik giman, publik akan memiliki persepsi bahwa janji politikus itu hanya omong kosong lantaran pembuktian seorang penjual kue saja mau melaksanakan nazar(janji)nya sedangkan politikus malah berbelit-belit meminta bukti atas nazar yang pernah diucapnya. Bahkan publik bisa saja menjustivikasi bahwa politikus itu suka ingkar janji. Kedua adalah bagi publik yang semacam amien rais mereka akan memandang bahwa tidak mungkin giman melakukan hal tersebut(jalan kaki malang-jogja) kecuali ada yang menunggangi, meskipun yang dilakukan giman mungkin semata-mata dari hati nurani untuk melaksanakan nazarnya.



    • Posted by Unknown
    • 0 Comments
    • Readmore . . .
    • Add Comment
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

- Copyright © 2013 Ku Temukan Kau - Powered by Blogger - Original Template By Johanes Djogan - Design By Muh Syaifullah Mhfdz - Some Right Is Reserved -